BERIKANLAH HAK
ALLAH!!!
MAKA DIA AKAN
MEMBERIKAN HAKMU
Oleh: Ust. Andi Muhammad Syahrir,
Lc.
(Pengajar Ma’had Al Anshar Al
Islamiy)
Ketahuilah!
Hak Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah hak yang paling utama untuk ditunaikan
oleh seorang hamba dari hak-hak yang lainnya. namun, apakah anda mengetahui
apakah hak tersebut?
maka jawaban dari pertanyaan ini
tertera jelas dalam sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada Mu’adz
bin Jabal Radhiyallahu Anhu berikut ini,
عَنْ مُعَاذٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ
عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ
بِهِ شَيْئًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ قَالَ
لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا.
“diriwayatkan dari Mu’adz bin
Jabal Radhiyallahu Anhu berkata, “dahulu aku pernah membonceng di belakang Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam di atas seekor keledai yang bernama ‘Ufair, lalu
beliau bersabda, “Wahai Mu’adz! Apakah engkau mengetahui hak Allah Subhanahu wa
Ta’ala atas hamba-hambaNya dan hak hamba-hambaNya atas-Nya?” Mu’adz berkata,
“sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui hal tersebut,” beliau
bersabda, “sesungguhnya hak Allah Subhanahu wa Ta’ala atas hamba-hambaNya
adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun; dan hak hamba-hambaNya atas-Nya adalah Dia tidak menyiksa siapapun yang
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” Lalu Mu’adz berkata, “Wahai
Rasulullah! Apakah aku boleh menyampaikan kabar gembira ini kepada
orang-orang?” beliau menjawab, “jangan engkau beritahukan mereka; sebab nanti
mereka akan berpasrah saja.”[1]
Hadits ini juga menguatkan firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.
“Tidaklah aku menciptakan manusia
dan jin melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariat:56)
Hak Allah Subhanahu
wa Ta’ala adalah diibadahi dan tidak disekutukan dengan sesuatu apapun, lalu
apa yang dimaksud dengan ibadah? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah
mendefinisikan ibadah dengan definisi yang sangat lengkap, ia berkata,
العبادة هي
اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأعمال الظاهرة و الباطنة.
“ibadah adalah sebuah nama yang
mencakup segala perkara yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala; baik berupa perkataan maupun perbuatan yang nampak ataupun tidak
nampak.”[2] Oleh karenanya,
barangsiapa yang melakukan suatu ibadah yang ia peruntukkan selain Allah Subhanahu
wa Ta’ala maka ia telah memberikan hak Allah kepada selain-Nya dan hal ini
adalah kesyirikan; sungguh Allah tidak akan mengampuni dosa kesyirikan.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman, “sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan
mengampuni dosa kesyirikan dan Dia mengampuni dosa selainnya bagi siapa yang
Dia kehendaki; dan barangsiapa yang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala maka
ia telah melakukan dosa yang sangat besar.” (An-Nisa’:48)
maka jawaban dari pertanyaan ini
tertera jelas dalam sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada Mu’adz
bin Jabal Radhiyallahu Anhu berikut ini,
عَنْ مُعَاذٍ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ
عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ
بِهِ شَيْئًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ قَالَ
لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا.
“diriwayatkan dari Mu’adz bin
Jabal Radhiyallahu Anhu berkata, “dahulu aku pernah membonceng di belakang Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam di atas seekor keledai yang bernama ‘Ufair, lalu
beliau bersabda, “Wahai Mu’adz! Apakah engkau mengetahui hak Allah Subhanahu wa
Ta’ala atas hamba-hambaNya dan hak hamba-hambaNya atas-Nya?” Mu’adz berkata,
“sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui hal tersebut,” beliau
bersabda, “sesungguhnya hak Allah Subhanahu wa Ta’ala atas hamba-hambaNya
adalah mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun; dan hak hamba-hambaNya atas-Nya adalah Dia tidak menyiksa siapapun yang
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.” Lalu Mu’adz berkata, “Wahai
Rasulullah! Apakah aku boleh menyampaikan kabar gembira ini kepada
orang-orang?” beliau menjawab, “jangan engkau beritahukan mereka; sebab nanti
mereka akan berpasrah saja.”[3]
Hadits ini juga menguatkan firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ.
“tidaklah aku menciptakan manusia
dan jin melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariat:56)
Hak Allah Subhanahu
wa Ta’ala adalah diibadahi dan tidak disekutukan dengan sesuatu apapun, lalu
apa yang dimaksud dengan ibadah? Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah
mendefinisikan ibadah dengan definisi yang sangat lengkap, ia berkata,
العبادة هي
اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأعمال الظاهرة و الباطنة.
“ibadah adalah sebuah nama yang
mencakup segala perkara yang dicintai dan diridhai oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala; baik berupa perkataan maupun perbuatan yang nampak ataupun tidak
nampak.”[4] Oleh karenanya,
barangsiapa yang melakukan suatu ibadah yang ia peruntukkan selain Allah Subhanahu
wa Ta’ala maka ia telah memberikan hak Allah kepada selain-Nya dan hal ini
adalah kesyirikan; sungguh Allah tidak akan mengampuni dosa kesyirikan.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman, “sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan
mengampuni dosa kesyirikan dan Dia mengampuni dosa selainnya bagi siapa yang
Dia kehendaki; dan barangsiapa yang menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala maka
ia telah melakukan dosa yang sangat besar.” (An-Nisa’:48)
Apakah kita
tidak mengetahui dan menyadari bahwasanya semua utusan Allah Subhanahu wa
Ta’ala diutus dengan membawa tujuan yang sama? Yaitu agar manusia menyembah
Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman,
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ.
“Dan sesungguhnya Kami telah
mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “sembahlah Allah (saja)
dan jauhilah taghut[5]
itu...” (An-Nahl:36)
[1]
Muttafaq Alaihi
[2]
Al-Fatawa Al-Kubra, Ibnu Taimiyah, Tahqiq Hasnain Muhammad Makhluf (5/154)
[3]
Muttafaq Alaihi
[4]
Al-Fatawa Al-Kubra, Ibnu Taimiyah, Tahqiq Hasnain Muhammad Makhluf (5/154)
[5]
Thagut ialah setiap yang disembah, ditaati, dan dipatuhi selain Allah Subhanahu
wa Ta’ala dari batu, manusia, ataupun setan.
0 komentar:
Posting Komentar