DEFINISI
IMAN
(تَعْرِيْفُ الْإِيْمَانِ)
Asal kata Iman
Iman (إِيْمَانٌ)
secara bahasa berasal dari bahasa arab (آمَنَ -
يُؤْمِنُ) yang merupakan pecahan asal kata (أ م ن) yang mengandung berbagai macam makna ,
beberapa makna kata yang berasal dari (أمن) antara lain[1]:
-
Ikrar/pengakuan (إِقْرَارٌ)
-
Pembenaran (اَلتَّصْدِيْقُ)
-
Amanah yaitu lawan kata
khianat (اَلْأَمَانَةُ ضِدُّ اْلخِيَانَةِ)
-
Keadaan aman lawan kata
takut (اَلْأَمْنُ ضِّدُ الْخَوْفِ)
-
Tenangnya hati (سُكُوْنُ الْقَلْبِ)
-
Ketenangan jiwa dan
hilangnya rasa takut (طُمَأْنِيْنَةُ النَّفْسِ وَزَوَالُ اْلخَوْفِ)
-
Membuatnya aman (آمَنْتُهُ أَيْ جَعَلْتُ لَهُ اَلْأَمْنَ)
-
Percaya diri (رَجُلٌ أمنة: يَثِقُ بِكُلِّ أَحَدٍ)
Makna Iman Secara Bahasa (لُغَةً)
Ada beberapa ungkapan makna iman secara bahasa yang
definisikan oleh para ulama, antara lain:
1.
(اَلْإِقْرَارُ أَوْ
التَّصْدِيْقُ)
"Pengakuan atau Pembenaran."
2.
(اَلْإِقْرَارُ
اَلْقَلْبِي اَلْمُشْتَمِلُ عَلَى أَمْرَيْنِ: 1. اِعْتِقَادُ الْقَلْبِ وهُوَ
تَصْدِيْقُهُ بِاْلأَخْبَارِ 2. عَمَلُ الْقَلْبِ وهُوَ إِذْعَانُهُ
وَاِنْقِيَادُهُ لِلْأَوَامِرِ)
"Pengikraran atau penetapan hati" yang mencakup
dua hal:
-
Keyakinan hati
yaitu pembenaran terhadap kabar berita.
-
Perbuatan hati
yaitu ketundukan dan kepatuhan kepada perintah.
Makna Iman Secara Syar'i (شَرْعًا)
1.
(اَلتَّصْدِيْقُ بِالْقَلْبِ وَالْقَوْلُ
بِالِّلسَانِ وَالْعَمَلُ بِالْأَرْكَانِ, يَزِيْدُ وَيَنْقُصُ اَلْإِيْمَانُ هُوَ)
Iman adalah Pembenarkan dengan
hati, pengucapan dengan lisan, pengamalan dengan anggota tubuh. Iman bisa
bertambah dan berkurang.
Imam Al-Ajuriy[6] –rahimahullah- berkata:
بَابُ
اْلقَوْلِ بِأَنَّ اْلِإيْمَانَ تَصْدِيْقٌ بِاْلقَلْبِ، وَإِقْرَارٌ
بِالِّلسَانِ، وَعَمَلٌ بِالْجَوَارِحِ. لَا يَكُوْنُ مُؤْمِناً إِلَّا أَنْ
تَجْتَمِعُ فِيْهِ هَذِهِ الْخِصَالِ الثَّلَاثِ
Artinya: "Bab Perkataan Bahwa Iman Adalah
Pembenaran Dengan Hati, Dan Ikrar Dengan Lisan, Dan Pengamalan Dengan Anggota
tubuh. Seseorang tidak menjadi mu'min (beriman) kecuali terkumpul padanya tiga
hal tersebut".
2.
(قَوْلٌ وَعَمَلٌ, قَوْلُ الْقَلْبِ وَاللِّسَانِ,
وَعَمَلُ الْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ اَلْإِيْمَانُ) [7]
Iman adalah perkataan dan perbuatan,
perkataan hati dan perkataan lisan, perbuatan hati dan perbuatan lisan serta
perbuatan anggota badan.
Penjelasan:
Definisi iman diatas mencakup lima unsur penting
menurut pandangan aqidah ahlusunnah waljama'ah;
1.
Perkataan Hati (قَوْلُ الْقَلبِ).
Yaitu Membenarkan dengan hati dan meyakininya (التَّصْدِيْقُ وَإِيْقَانِهِ).
Allah berfirman:
وَالَّذِي
جَاءَ
بِالصِّدْقِ
وَصَدَّقَ
بِهِ
أُولَئِكَ
هُمُ
الْمُتَّقُونَ
(33)
Artinya:
dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan
membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. (Az-Zumar:33).
Allah berfirman:
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ (75)
Artinya:
dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim
tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (kami
memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin. (Q.S Al-An'am:75)
2.
Perkataan Lisan (قَوْلُ الِّلسَانِ).
Yaitu melafadzkan atau mengucapkan keimanan itu
dengan lisan.
Contoh:
Mengatakan saya beriman kepada Allah dan mengucapkan
dua kalimat syahadat serta ikrar atau menetapkan segala konsekwensi yang
terkandung dalam dua kalimat syahadat tersebut.
Allah berfirman:
قُولُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ
إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ
وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ
لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (136)
Artinya:
Katakanlah (hai orang-orang mukmin): "Kami
beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Kami, dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub dan anak cucunya, dan apa
yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi
dari Tuhannya. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka dan Kami
hanya tunduk patuh kepada-Nya. (Al-Baqarah: 136)
Allah berfirman:
وَلَا يَمْلِكُ الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ
دُونِهِ الشَّفَاعَةَ إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ (86(
Artinya: "dan sesembahan yang mereka sembah
selain Allah tidak dapat memberi syafa'at; akan tetapi (orang yang dapat
memberi syafa'at ialah) orang yang bersaksi dengan yang hak (tauhid) dan mereka
meyakini(nya)." (Q.S Az-Zukhruf:86)
Rasulullah bersabda:
أُمِرْتُ
أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَلَّا إِلَهَ إِلَّا الله وَأَنّيِ
رَسُوْلُ اللهِ
Artinya:
Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga
mereka bersaksi tiada tuhan yang berhak diibadahi kecuali Allah dan aku adalah
utusanNya. (H.R. Bukhori dan Muslim)
3. Amalan/perbuatan Hati (عَمَلُ القَلْبِ).
Yaitu amalan atau perbuatan yang dilakukan oleh
hati.
Contoh:
Niat dan ikhlas, ketundukan, kecintaan, Takut,
harapan kepada Allah, tawakal dll.
Allah berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ
وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ (5)
Artinya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah:5)
Allah berfirman:
وَمَا لِأَحَدٍ عِنْدَهُ مِنْ نِعْمَةٍ
تُجْزَى (19) إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَى (20(
Artinya:
Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu
nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata)
karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha tinggi. (Al-Lail:19-20)
Rasulullah bersabda:
أَوْثَقُ
عُرَى الإِيمَانِ الْحُبُّ فِي الله ، وَالْبُغْضُ فِي الله
Artinya:
Tali iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah
dan benci karena Allah.(H.R At-Thabaraniy)
4. Amalan/perbuatan Lisan (عَمَلُ اللِّسَانِ).
Contoh:
Tilawah qur'an, berdzikir tasbih, tahmid, takbir,
do'a, istighfar dan lainnya yang dilakukan oleh lisan.
Allah berfirman:
وَاتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ كِتَابِ رَبِّكَ
لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَلَنْ تَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا (27(
Artinya:
Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, Yaitu
kitab Tuhanmu (Al Quran). tidak ada (seorangpun) yang dapat merubah
kalimat-kalimat-Nya. dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung
selain dari padanya. (Q.S. Al-Kahfi:27)
Allah berfirman:
أَوْ يُصْبِحَ مَاؤُهَا غَوْرًا فَلَنْ
تَسْتَطِيعَ لَهُ طَلَبًا (41(
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. (Q.S: Al-Kahfi: 41)
5.
Amalan /perbuatan
anggota tubuh (عَمَلُ الْجَوَارِحِ).
Contoh:
Sholat, berjalan pada sesuatu yang diridhoi Allah,
haji, jihad dan semacamnya yang dilakukan oleh anggota tubuh.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا
وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
(77)
Artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu,
sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebaikan, supaya kamu termasuk
orang-orang yang menang." (Q.S. Al-Hajj: 77)
Faidah:
Kelima unsur yang tercakup dalam iman ini tidak akan
terwujud kecuali dengan ilmu[8],
karena begitu eratnya kaitan iman dan ilmu.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ
فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ
بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (11)
Artinya:
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadalah:11)
Didalam ayat tersebut Allah menyandingkan iman dan
ilmu dengan menyebutkan keutamaan yang ada pada keduanya yaitu derajat yang
tinggi.
Allah berfirman:
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي
خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3(
Artinya:
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran. (Al-Ashr:3)
Dalam surat ini Allah menjelaskan syarat orang-orang
yang tidak akan merugi dalam hidupnya diantaranya adalah Iman
yang oleh sebagian ahli tafsir ditafsirkan sebagai ilmu, karena
tidak mungkin mereka diperintahkan beriman dan beramal kecuali dengan ilmu[9].
Al Imam Ibnu Qoyim –rahimahullah- berkata:
(فَإنَّ الِإيْمَانَ عِلْمٌ وعَمَلٌ
وَالْعَمَلُ ثَمْرَةُ الْعِلْمِ وَهُوَ نَوْعَانِ : عَمَلٌ الْقَلْبِ -حُبًّا وَبُغْضًا-
وَيَتَرَتَّبُ عَلَيْهِمَا عَمَلُ الْجَوَارِحِ)[10]
"Maka sesungguhnya iman adalah ilmu dan amal.
Dan amal adalah buah dari ilmu yang terbagi menjadi dua: amalan hati -cinta dan
benci- yang keduanya melahirkan amalan tubuh".
Iman juga dimaknakan sebagai rukun-rukunnya:
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa Malaikat
Jibril juga bertanya kepada Rasulullah tentang apa itu iman.
Rasulullah bersabda:
الإِيمَانُ
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ وَتُؤْمِنُ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Artinya:
Iman adalah Engkau beriman kepada Allah, dan
malaikatNya, dan kitab-kitabNya, dan para rosulNya, dan hari akhir, dan engkau
beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk. (H.R. Bukhori dan Muslim)
Ini merupakan aqidah ahlusunnah
yang wajib kita yakini bahwa iman itu bisa bertambah dan berkurang. Iman akan
bertambah seiring dengan keta'atan yang kita lakukan dan iman akan melemah
seiring maksiat dan dosa yang bergelimang.
Dalil-dalil bahwa iman itu
bisa bertambah dan berkurang
Dalil Dari Al-Qur'an:
1.
Allah berfirman:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا
ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ
إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2)
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka
yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka, dan hanya kepada Tuhan
merekalah mereka bertawakkal. (Q.S. Al-Anfal:2)
2.
Allah berfirman:
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ
فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
(173)
Artinya:
(yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang
kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada
mereka", Maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka
menjawab: "Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah
Sebaik-baik Pelindung".(Ali 'Imron:173)
3.
Allah berfirman:
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا
إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ
اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا (4)
Artinya:
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam
hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah dengan keimanan mereka (yang telah ada). dan milik
Allah-lah tentara langit dan bumi, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
(Q.S. Al-Fath:4)
4. Allah berfirman:
وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا
عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا
Artinya:
dan tiada Kami jadikan
penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan
bilangan mereka itu melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya
orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah
imannya …(Al-Muddatsir:31)
5. Allah berfirman:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ
اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ
وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
(32) جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ ذَهَبٍ
وَلُؤْلُؤًا وَلِبَاسُهُمْ فِيهَا حَرِيرٌ (33(
Artinya:
kemudian kitab itu Kami
wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di
antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di
antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula)
yang mendahului berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian
itu adalah karunia yang Amat besar. (Bagi mereka) syurga 'Adn mereka masuk ke
dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas,
dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera. (Fathir:32-33)
Didalam ayat 32 diatas
Allah menjelaskan tentang iman yang bertingkat-tingkat:
1.
Iman yang rendah
yaitu mereka yang mendzolimi (menganiaya) diri sendiri dengan maksiat selain
kekafiran.
2.
Iman yang pertengahan
yaitu mereka yang lalai terhadap kewajiban namun tetap meninggalkan yang haram.
3.
Iman yang tinggi
yaitu mereka yang berlomba lebih dahulu berbuat kebaikan dengan melaksanakan
yang wajib, memperbanyak yang sunnah, meninggalkan yang haram dan yang makruh[12].
Kemudian diayat berikutnya
ayat 33 Allah menjelaskan bahwa ketiga kelompok tersebut masuk kedalam surga,
ini adalah dalil yang kuat bahwa iman itu bertingkat-tingkat dan bisa bertambah
juga bisa berkurang.
Dalil Dari Sunnah
1. Rasulullah bersabda:
اَلْإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ
شُعْبَةً, فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا الله, وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ
الْأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ وَالْحَيَاءُ مِنَ الْإِيْمَانِ
Artinya:
Iman itu memiliki enam puluh atau tujuh puluh
lebih cabang, yang paling utama adalah ucapan laa ilaha illallah dan yang
paling bawah adalah menyingkirkan aral dari jalanan, dan malu adalah bagian
dari iman. (H.R. Bukhari dan Muslim)
2.
Rasulullah bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya:
Mukmin yang paling sempurna imannya adalah adalah mukmin yang paling baik
akhlaknya. (H.R. Ahmad, ibnu abi Syaibah, Abu Dawud, At-Tirmidziy dll
dishahihkan oleh Syaikh Albani)
3. Rasulullah bersabda:
لاَ
يَزْنِى الزَّانِى حِينَ يَزْنِى وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلاَ يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ
يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلاَ يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُهَا وَهُوَ
مُؤْمِنٌ وَلاَ يَنْتَهِبُ نُهْبَةً يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ فِيهَا
أَبْصَارَهُمْ حِينَ يَنْتَهِبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ.
Artinya:
Tidaklah seorang
pezina berzina melainkan dia memiliki iman pada saat berzina, dan
tidaklah peminum khomar(arak) melainkan dia memiliki iman saat meminumnya, dan
tidaklah pencuri mencuri melainkan dia memiliki iman saat mencuri, dan tidaklah
seorang pembegal sementara orang melihat
kepadanya melainkan dia memiliki iman saat membegal. (H.R Bukhori dan Muslim)
Hadits diatas menjelaskan
bahwa seseorang tetap dikatakan beriman (mu'min) meskipun terkadang melakukan
maksiat-maksiat sehingga imannya berkurang atau lemah, namun jika mereka
bertaubat dan meninggalkan maksiat-maksiat tersebut maka imannya akan kembali
bertambah dan menguat[13].
4.
Rasulullah bersabda:
تُعْرَضُ
الْفِتَنُ عَلَى الْقُلُوبِ كَالْحَصِيرِ عُودًا عُودًا فَأَىُّ قَلْبٍ
أُشْرِبَهَا نُكِتَ فِيهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ وَأَىُّ قَلْبٍ أَنْكَرَهَا نُكِتَ
فِيهِ نُكْتَةٌ بَيْضَاءُ حَتَّى تَصِيرَ عَلَى قَلْبَيْنِ عَلَى أَبْيَضَ مِثْلِ
الصَّفَا فَلاَ تَضُرُّهُ فِتْنَةٌ مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ وَالآخَرُ
أَسْوَدُ مُرْبَادًّا كَالْكُوزِ مُجَخِّيًا لاَ يَعْرِفُ مَعْرُوفًا وَلاَ
يُنْكِرُ مُنْكَرًا إِلاَّ مَا أُشْرِبَ مِنْ هَوَاهُ.
Artinya:
Fitnah-fitnah (dosa) itu
menghampiri hati seperti tikar sehelai demi sehelai. Maka setiap kali hati menerimanya (melakukan dosa) maka akan membekas sebuah titik hitam, dan
setiap hati yang menginkarinya (tidak melakukan dosa itu) maka akan membekas titik putih. Hingga
menjadi dua jenis hati, hati putih mengkilau maka fitnah itu tidak akan bisa
mencelakakannya selagi langit dan bumi ada, yang kedua hati yang hitam pekat
bagaikan bejana yang telungkup, hati ini tak kenal kebaikan dan tak pula
mengingkari kemungkaran kecuali hawa nafsu yang diturutinya. (H.R Muslim)
dan masih
banyak lagi dalil-dalil lainnya dalam permasalahan ini[14], yang jika diamati dalil-dalil tersebut kita akan
dapati hikmah dan faidah untuk meningkatkan keimanan kita.
Penutup:
Inilah penjelasan ringkas
seputar makna islam dan iman jika ditinjau dari beberapa definisi. Sementara
Islam atau Iman secara kafah mencakup segala penjelasan aspek kehidupan dari
aqidah, akhlak, muamalah serta hukum-hukum yang tertuang dalam Al-Qur'an dan
As-Sunnah yang shahih secara umum dan terperinci.
Semoga taufiq dan hidayah
Allah selalu menyapa kita dalam memahami agama ini, mengamalkan dan
mendakwahkannya diatas titian emas para salafussholih ahlusunnah waljamaah.
Allahu Ta'ala A'lam.
وصلى الله على
نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
[1] Kitab Maqoyisullughoh Ibnu Faris hal.133-136 juz 1,
Mukhtarushihhah karya Imam Muhammad ibn Abi Bakr Ibn Abdilqodir Ar-Razi hal.
11, Penerbit Maktabah lubnan Beirut, Mufradat alfadzulqur'an Ar-Raghib
hal.90-91, Lisan Al-Arab Ibnu Mandzur.
[2] Surat Al-Hasyr:23.
[3] Dikatakan "amin/kabulkanlah" karena ketenangan
hati akan dapat dirasakan jika do'a kita terkabul.
[4] Surat Al-Baqoroh:143, Tafsir Ibnu Katsir Hal. 462
jilid 1 Penerbit Daruthoyibah Riyadh, Tahqiq Samiy Ibn Muhammad Assalamah.
[5] Surat Al-Ahzab: 27, Tafsir Ad-Dur Al-Mantsur Imam
Suyutiy, hal 670 Jilid 6, Penerbit Darulfikr- Beirut 1993.
[6] Kitab Asy-Syari'ah, Imam Abu bakr Muhammad ibn
Al-Husein Al-Ajuriy, Hal. 611, Penerbit Darulwathon Riyad, Tahqiq Dr. Abdullah
Ibn Umar Ibn Sulaiman Addamijiy.
[7] bahsulmufid pendamping syarah kitab At-Thohawiyah bab
iman, Syaikh Dr. Malik Husein.
[8] Bahwa tidak ada kata terlambat untuk selalu belajar
demi memperbaiki keimanan dan kebahagiaan yang hakiki. Tidak boleh sombong,
malu dan malas dalam menuntut ilmu.
[9] Lihat tafsir
Al-Karimirrahman As-Sa'diy, hal. 893. Cetakan
Pertama Penerbit Dar Ibn Hazm, Beirut.
[10] Ighatsatullahfan karya Ibnu Qoyyim, juz 2 hal.826
cetakan pertama, penerbit Dar Ibnu Al-Jauzi.
[11]
Dari sini banyak firqoh sesat dalam memahami iman. Khowarij (kelompok yang suka
mengkafirkan muslimin) berkeyakinan bahwa iman ini satu keutuhan yang tidak
berkurang dan bertambah, karena bagi mereka iman yang berkurang itu langsung
kafir.
[12] Lihat Tafsir Al-Karimirrahman Syaikh Abdurrahman Ibn
Nashir As-Sa'diy, Hal.657.
[13] Hadits inipun merupakan dalil kuat untuk membantah
kesesatan kelompok takfiri yang mengatakan bahwa pelaku maksiat adalah
kafir keluar dari islam.
[14] Silahkan lihat kitab ziyadatul iman wa nuqshonihi wa
hukmu istisna' fihi, Syaikh Prof. Dr. Abdurrozzaq Al-Abbad.
Istimewa, sangat baik untuk pemahaman nya
BalasHapusassalamu'alaikum,sekedar koreksi,sepertinya pada penjelasan"amalan/perbuatan lisan"terdapat kesalahan penempatan ayat alquran,sehingga tidak sesuai dgn terjemahnya,(al-kahfi 41)
BalasHapus